TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Habib Rab, mengatakan Indonesia semestinya segera melakukan reformasi kebijakan subsidi, khususnya untuk energi.
"Ada dua alasan penting mengapa reformasi subsidi harus tetap dilakukan," ucap Habib dalam acara Peluncuran Laporan "Indonesia Economic Prospects June 2022" secara daring di Jakarta, Rabu, 22 Juni 2022.
Alasan pertama, sebagian besar subsidi menguntungkan rumah tangga kelas menengah dan atas. Musababnya, rumah tangga tersebut mengkonsumsi solar bersubsidi dan LPG bersubsidi dalam porsi yang besar.
Jika subsidi diganti dengan transfer sosial untuk masyarakat miskin, rentan, dan kelas menengah, pemerintah dapat memiliki tambahan 0,6 persen dari produk domestik bruto (PDB). Tambahan itu dapat dialokasikan untuk belanja prioritas pembangunan.
Reformasi subsidi LPG, subsidi BBM, dan subsidi listrik, menurut Habib, diperlukan walau keberadaannya berguna sebagai bantuan jangka pendek untuk membantu masyarakat keluar dari tekanan harga komoditas. Di sisi lain, dia melihat keputusan untuk menaikkan harga barang tertentu sudah tepat.
"Namun hal tersebut hanya akan berdampak kecil pada subsidi," katanya
Adapun alasan kedua, subsidi energi hanya bersifat sementara untuk menahan inflasi. Karena itu, perlu pemikiran rencana keluar atau exit plan yang bertahap dan terukur untuk mengatasi masalah kenaikan harga acuan energi.
Bank Dunia memperkirakan subsidi energi eksplisit hanya meningkat sedikit dari 0,8 persen dari PDB 2021 menjadi sekitar 0,9 persen PDB pada 2022. Namun, subsidi implisit yang dibayarkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengkompensasi penjualan listrik dan bahan bakar di bawah harga pasar diproyeksikan meningkat.
Peningkatan tercatat sebesar 0,7 persen dari PDB pada 2021 menjadi 1,5 persen PDB pada 2022. "Dengan demikian subsidi energi memang akan membantu menjaga inflasi harga konsumen dalam jangka pendek dan membantu mempertahankan pemulihan permintaan domestik," ujar Habib.
ANTARA
Baca juga: Bank Dunia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI Bisa Turun Jadi 4,6 Persen
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.