Yang menjadi tugas berat bank, menurut dia, di antaranya adalah menjaga kualitas kredit tidak mudah. Hal tersebut tercermin ketika ekonomi Indonesia berada di jalur negatif. Penyebab kerugian itu lantaran penyediaan kredit yang besar, tetapi kemudian rontok tergilas pandemi. “Itu kenapa kita harus hati-hati melepas kredit.”
Sebagai catatan, emiten bank berkode saham BBCA ini menyalurkan kredit sebesar Rp 637,1 triliun atau tumbuh 8,6 persen secara year on year (yoy).
Sebelumnya, Bank Indonesia mengumumkan hasil survei menyampaikan penyaluran kredit baru diperkirakan tumbuh lebih tinggi pada kuartal kedua tahun ini ketimbang kuartal sebelumnya.
Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan kredit baru yang lebih tinggi terindikasi terjadi pada seluruh kategori bank, baik dari bank umum, bank umum syariah (BUS), dan bank pembangunan daerah (BPD).
Secara rinci, saldo bersih tertimbang atau SBT penyaluran kredit baru di bank umum (BU) diperkirakan tumbuh 77,2 persen. Lalu, di BUS sebesar 99,6 persen dan BPD sebesar 88,7 persen. Sementara itu, berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit baru juga terindikasi tumbuh lebih tinggi pada seluruh jenis kredit.
Adapun, SBT kredit modal kerja (KMK) diperkirakan tumbuh paling tinggi, yakni sebesar 81,9 persen. Lalu, diikuti oleh SBT kredit konsumsi (KPR), kredit konsumsi lainnya, dan kredit investasi (KI) yang masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar 80,2 persen, 72,3 persen, dan 48,6 persen. Di sisi lain, berdasarkan hasil survei April 2022, kebijakan penyaluran kredit baru untuk keseluruhan triwulan II/2022 secara umum sedikit lebih longgar dibandingkan triwulan sebelumnya.