TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Energi Watch Mamit Setiawan mengatakan kenaikan harga bahan bakar gas (BBG) tidak akan mengganggu proses transisi energi. Dia melihat harga BBG saat ini masih jauh lebih murah dibandingkan dengan tarif bahan bakar minyak (BBM).
“Harga BBG masih lebih murah jika dibandingkan dengan harga BBM. Jadi seharusnya tidak masalah. Saat ini juga populasi kendaraan menggunakan BBG masih belum cukup besar,” kata Mamit seperti dikutip dari Bisnis, Selasa, 10 Mei 2022.
Kementerian ESDM menaikkan harga jual BBG untuk sektor transportasi sebesar Rp 1.400 mulai 1 Mei 2022. Harga BBG yang sebelumnya Rp 3.100 per liter setara premium (lsp) menjadi Rp 4.500 per lsp.
Kenaikan harga BBG itu mengacu pada Keputusan Menteri atau Kepmen ESDM Nomor 82 Tahun 2022 tentang Harga Jual Bahan Bakar Gas yang digunakan untuk Transportasi. BBG yang disesuaikan menurut Kepmen tersebut adalah compressed natural gas (CNG) yang diperuntukkan bagi kendaraan bermotor untuk transportasi jalan.
Mamit melanjutkan, dampak BBG terhadap transisi energi akan terasa jika harga gas alam akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dengan begitu, industri akan beralih ke energi fosil kembali.
Kendati harga BBG untuk transportasi mengalami kenaikan, Mamit optimis peningkatan konsumsi bahan bakar jenis ini masih bisa ditingkatkan. Asal, kata dia, pemerintah bisa terus melakukan sosialiasi atas manfaat dari penggunaan bahan bakar ramah lingkungan.
“Dari harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan BBM hingga lebih ramah lingkungan,” kata Mamit. Selain itu, kata dia, pemerintah perlu mendukung dengan memberikan insentif untuk konversi menggunakan converter kit.
BISNIS
Baca juga: Konsumsi BBM Melonjak Saat Mudik, Pengamat: Momentum Terapkan Subsidi Langsung