TEMPO.CO, Jakarta - Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia, Lionel Priyadi, menyangsikan keputusan pemerintah melarang ekspor minyak goreng dan bahan bakunya efektif mendorong harga minyak goreng curah di pasar turun hingga ke level Rp 14.000 per liter.
Ia menilai pemerintah terlalu ambisius karena target penurunan harga tersebut relatif sangat tinggi. Dalam hitungannya, harga minyak goreng curah di dalam negeri harus turun sebesar 29,7 persen agar bisa mencapai Rp 14.000 per liter.
“Target harga tersebut terlalu ambisius karena lebih rendah dari harga lelang CPO KPBN sebesar Rp 16.325 per kg per 22 April,” ujar Lionel dalam keterangan resmi, Sabtu, 30 April 2022.
Lebih jauh, ia juga menyebutkan kebijakan pemerintah di masa lalu seharusnya menjadi bahan evaluasi dalam menerbitkan aturan baru. Lionel mencontohkan program subsidi minyak goreng curah yang berjalan sebelumnya telah gagal menghentikan laju kenaikan harga minyak goreng curah dari Rp 18.050 per liter pada Maret menjadi Rp 19.900 per liter pada April.
Apalagi lonjakan harga minyak goreng kali ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yakni perang di Ukraina yang membuat harga komoditas tetap tinggi.
Dalam hitungannya, ia memperkirakan, larangan ekspor penuh akan mengurangi nilai ekspor minyak sawit hingga US$ 2,5 miliar hingga US$ 3 miliar per bulan.
Dengan kian jebloknya nilai ekspor yang lebih lebih besar itu, Lionel memperkirakan nilai tukar rupiah bakal makin tertekan. Apalagi ada dampak dari kenaikan suku bunga The Fed selama beberapa bulan ke depan.