Adapun faktor eksternal dari nilai tukar dolar AS berada di level tertinggi sejak hari-hari awal pandemi pada hari Rabu dan menuju bulan terbaiknya sejak 2015, didukung oleh prospek kenaikan suku bunga AS dan arus safe haven yang dipicu oleh perlambatan pertumbuhan di Cina dan Eropa.
“Penghasilan AS kemungkinan akan mengatur nada di pasar keuangan di kemudian hari, menjelang data pertumbuhan AS yang akan dirilis pada hari Kamis di mana pertunjukan yang solid dapat memperkuat taruhan pada suku bunga yang bergerak naik tajam pada pertemuan Federal Reserve Mei,” kata Ibrahim.
Ia juga menyebutkan faktor kekhawatiran akan keamanan energi Eropa karena Rusia menghentikan pasokan gas ke Polandia berdasarkan kontrak Yamal pada Rabu lalu turut mempengaruhi kurs dolar AS. Langkah terbaru menyoroti keretakan antara Barat dan Rusia atas perang di Ukraina, yang dipicu oleh invasi Rusia pada 24 Februari.
Lebih jauh, Ibrahim memprediksi rupiah masih akan dibuka berfluktuatif pada perdagangan besok. Namun, rupiah masih berpotensi ditutup menguat tipis. “Rupiah masih dapat menguat besok pada kisaran Rp 14.400 - Rp 14.440,” tuturnya.
BISNIS
Baca: Jokowi Resmi Teken Keppres, Cuti Bersama 4 Hari Tak Kurangi Hak Cuti Tahunan PNS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.