INFO BISNIS - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI terus mengupayakan ekspansi kinerja bisnis luar negeri seiring semakin kuatnya pemulihan ekonomi global. Sebagai bank milik pemerintah yang mendapat mandat untuk menjadi bank global, BNI terus meningkatkan ekspansi nasabah sekaligus optimalisasi kinerja layanan global banking di awal tahun ini.
Tercatat, volume Trade Ekspor BNI tumbuh di kisaran 76,73 persen, sedangkan volume perdagangan impor BNI di kisaran 120,41 persen. Akselerasi pertumbuhan kinerja tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan volume perdagangan nasional yang mencapai 41.88 persen untuk ekspor dan 38.59 persen untuk impor.
Hal ini turut mendorong kenaikan pendapatan berbasis fee (fee based income) perdagangan yang di tahun 2021 tumbuh sebesar 7,46 persen secara tahunan atau year-on-year.
Direktur Treasury dan International BNI, Henry Panjaitan, menuturkan kinerja perdagangan luar negeri awal tahun ini masih tumbuh positif sehingga mendorong kinerja global banking BNI. Permintaan komoditas serta produk dari Indonesia kian meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi global. Impor dari luar negeri juga tumbuh positif seiring peningkatan produksi dan konsumsi di dalam negeri.
“Kami berharap torehan kinerja yang positif pada tahun lalu dapat tetap berlanjut tahun ini. Lagi pula tren perdagangan luar negeri di awal tahun ini masih sangat positif,” katanya.
Henry melanjutkan, upaya ekspansi nasabah tahun ini dilakukan dengan menggandeng banyak platform digital yang mempertemukan pelaku industri kreatif SME di Indonesia dan buyer dari luar negeri. Dalam kerja sama ini, BNI berharap lebih banyak lagi pelaku UMKM mendapat kesempatan untuk mengekspor produknya.
“Tentunya kami telah memiliki banyak rencana kerja sama strategis yang akan kami jalani sepanjang tahun. Tidak hanya untuk meningkatkan kinerja transaksi, kami juga mencari peluang untuk pembiayaan termasuk diaspora Indonesia di luar negeri,” kata Henry.
Sementara terkait konflik Rusia-Ukraina, menurut Henri dampak ekonomi dari perang tersebut relatif minim terhadap. Tahun lalu, Ekspor Indonesia ke Rusia tercatat US$1,49 miliar atau hanya 0,65 persen dari total ekspor Indonesia. Adapun, Ekspor Indonesia ke Ukraina tercatat US$416,9 juta atau hanya 0,18 persen dari total ekspor Indonesia.
Walau demikian, BNI terus memperhatikan dampak konflik ini terhadap kenaikan harga minyak dunia, yang akhirnya berdampak pada kenaikan inflasi di Indonesia. Hal ini tentunya berpotensi mempercepat peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia.
“Kami berharap kenaikan harga komoditas ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih kuat di dalam negeri. Kami pun berharap konflik akan segera berakhir, demi memberikan kepastian dalam berbisnis, dan menjadikan iklim berinvestasi semakin membaik, sehingga berdampak positif pada perekonomian. “Hal ini tentunya akan berdampak baik bagi banyak sektor ekonomi di Indonesia yang saat ini cukup baik melewati masa pemulihan ekonomi,” tutur Henry. (*)