TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah analis menduga lonjakan harga Bitcoin dan sejumlah aset kripto besar lainnya pada hari ini di antaranya dipicu oleh tindakan para spekulan di tengah peperangan Rusia dan Ukraina.
"Harga Bitcoin naik signifikan, Ethereum pun juga naik. Ini mengindikasikan para spekulan bermain,” ujar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi saat dihubungi pada Selasa, 1 Maret 2022.
Para spekulan menggunakan aset kripto selama konflik Rusia dengan Ukraina karena menganggapnya sebagai alternatif aset yang aman selain dari komoditas emas.
Saat harga emas turun, Ibrahim memperkirakan, spekulan mulai menginvestasikan lagi dananya di kripto. Apalagi saat terjadi embargo, perdagangan kripto lewat jaringan Blockchain relatif tak bermasalah karena tidak ada regulasi global yang mengaturnya.
Ibrahim menyatakan, sebelum Rusia menyerang, sudah ada strategi memutar uang di jaringan Blockchain tersebut. Sehingga kebutuhan dana besar untuk perangnya dicairkan melalui koin kripto yang diinvestasikan.
“Walaupun kita lihat inflasi cukup besar, obligasi jatuh, Rusia fokus terhadap Bitcoin,” katanya.
Selain itu, menurut Ibrahim, saat sejumlah negara Barat menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia dengan melakukan embargo, sulit bertransaksi dengan mata uang yang sah. Oleh karena itu, Bitcoin digunakan untuk membeli barang-barang seperti minyak bumi, sekalipun di pasar gelap.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira. Ia menyatakan praktik transaksi kripto digunakan oleh Rusia dalam tekanan sanksi ekonomi yang berat.