TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) jeblok ke level 6.791,9 menyusul ultimatum Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyatakan perang terhadap Ukraina. Jatuhnya IHSG disebabkan sentimen dari luar negeri usai pernyataan Putin tersebut.
Tercatat per 24 Februari 2022, sebanyak 512 saham melemah. Padahal di pagi harinya IHSG menguat 7,58 poin atau 0,11 persen ke posisi 6.912,48.
Risiko IHSG anjlok sebelumnya telah disampaikan oleh Tim Riset Samuel Sekuritas Indonesia yang memperkirakan IHSG merosot akibat tekanan sentimen negatif dari bursa global dan regional.
Dilansir dari bisnis.com, HSG sendiri yang dalam bahasa Inggris disebut Jakarta Composite Index (JSI) atau JSX Composite adalah salah satu indeks pasar saham yang digunakan BEI.
IHSG pertama kali diperkenalkan pada 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham di Bursa Efek Jakarta, atau sekarang lebih dikenal dengan BEI. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa maupun saham preferen yang tercatat di BEI.
Hari Dasar untuk perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982. Pada tanggal tersebut, indeks ditetapkan dengan Nilai Dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham.
Singkatnya, IHSG merupakan acuan berbasis data yang difungsikan investor untuk menentukan apakah hari ini waktu yang tepat untuk membeli atau menjual instrumen investasi.
Cara kerja IHSG yaitu dilihat dari posisi grafiknya yang naik dan turun. Naik turunnya grafik IHSG dipengaruhi kondisi perekonomian, pemberitaan media, faktor internal, maupun faktor eksternal dari perusahaan.
ANNISA FIRDAUSI
Baca: Terniki Bisnis Harga Emas Turun, IHSG Tertekan Konflik Rusia - Ukraina
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.