Saat ini investor cenderung berupaya mengurangi risiko atas penurunan harga. Ibrahim juga melihat kekhawatiran atas inflasi global yang meninggi.
Ia menilai inflasi masih panas membuat beberapa bank sentral di dunia, terutama negara maju, mau tidak mau menaikkan suku bunga acuan agar inflasi meredam. Dampak regulasi cryptocurrency dilihat juga oleh investor, karena regulator di beberapa negara bereaksi terhadap industri kripto.
Sisi teknikalnya, para pembeli (trader) Bitcoin sudah mempertahankan titik support di level terendah pada 24 Januari lalu di level US$ 32.900. Lalu Ibrahim melihat trader bertahan di atas US$ 35.000 selama beberapa hari terakhir.
“Momentum jangka pendek membaik pada grafik intraday, yang dapat membuat pembeli tetap aktif,” kata Ibrahim.
Tetapi ia melihat indikator jangka Panjang masih cenderung netral (bearish) yang bisa membatasi kenaikan di zona resistance US$ 40.000 – 43.000.
Saat ini Relative Strength Index (RSI) pada grafik mingguan mendekati level over sold, serupa dengan yang terjadi pada Maret 2020. Tetapi kali ini grafik bulanan memperlihatkan tekanan jual yang kuat dan dapat mempertahankan tren jangka menengah di Bitcoin.
Baca: Ditanya DPR Soal Trading Binary Option, Mendag: Itu Ponzi, Kriminal
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.