Kondisinya akan seperti Balikpapan yang juga merupakan kota besar yang berada di atas reservoir gas dengan akumulasi yang besar. "Namun, akumulasi gas yang cukup besar sebaiknya tetap diwaspadai, terutama di area-area yang memiliki zona lemah yang bisa menjadi jalur migrasi gas ke permukaan," demikian keterangan lanjutannya.
Rita kemudian menjelaskan bahwa temuan gas ini diperoleh dari serangkaian kajian yang dilakukan tim di lokasi IKN pada 2020. Dalam paparannya, Rita mencatat keberadaan gas di bawah kedalaman 1000 meter ditemukan dari beberapa sumut yang ada di lokasi IKN yaitu Tengin-1, Semoi-1, Belonak-1, dan Loa Haur-1.
Pada sumut Tengin-1, gas ditemukan dengan jumlah yang signifikan dengan kandungan antara 3.000 hingga 5.000 unit. Gas terdeteksi pada beberapa inteval di kedalaman 398 meter hingga 1.734,5 meter pada unit batuan N2-N6.
"Keterdapatan gas di kedalaman kurang dari 1.000 meter ini menunjukkan adanya potensi kemunculan gas dangkal di area calon ibu kota negara," kata dia.
Rita mencatat keberadaan gas dangkal tersebut dapat menimbulkan potensi bencana pada kegiatan masyarakat dan pengembangan konstruksi sipil. Gas dapat muncul ke permukaan melalui zona-zona pada daerah patahan atau pada lenda-lensa batupasir di puncak antiklin.
Berdasarkan temuan ini, Rita mengatakan pihaknya menghadapkan mitigasi dan penyidikan yang lebih rinci lagi. Sebab, kajian yang dilakukan tim baru bersifat regional, belum detail.
Rita menyarankan penyidikan detail dilakukan dengan metode IVEL (Inversion Vertical Electrical Logging) sehingga bisa mendeteksi lebih lengkap kehadiran gas dangkal ini. "Ini sudah kami rencanakan, mudah-mudahan di tahun 2022 ini," kata dia.
Potensi kemunculan gas dangkal ini hanya satu dari sekian temuan Badan Geologi dalam kajian sejak 2018. Tapi berdasarkan kajian yang sudah dibuat Badan Geologi, Rita menyebut lokasi proyek IKN memang masih berada di wilayah yang aman untuk pembangunan. "Tapi dengan mitigasi," ujarnya.
BACA: Ahli Geologi Kritik Proyek Pembangunan IKN: Jangan Grasah-Grusuh