TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menanggapi laporan sementara yang dirilis oleh Dana Moneter Internasional atau IMF.
IMF sebelumnya memproyeksikan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,6 persen pada tahun 2022 dan menguat ke 6 persen pada 2023. Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 itu lebih rendah dibanding yang disampaikan sebelumnya pada Oktober lalu saat IMF yakin perekonomian nasional bisa tumbuh 5,9 persen.
Lembaga itu juga memperkirakan defisit fiskal pada tahun ini akan mencapai 4 persen terhadap produk domestik bruto atau PDB, lebih rendah dari yang dipatok di APBN sebesar 4,85 persen.
"IMF menilai langkah konsolidasi fiskal di tahun 2023 sudah tepat dan diperkirakan dapat
meningkatkan kredibilitas APBN dan kepercayaan pasar," ujar Febrio dalam keterangan tertulis pada Rabu, 26 Januari 2022.
Pemulihan lebih cepat, menurut Febrio, menjadi dasar IMF menilai konsolidasi fiskal menuju defisit APBN paling tinggi 3 persen PDB di tahun 2023 sebagai langkah yang tepat.
Walau begitu, IMF menyarankan pemerintah Indonesia untuk tetap waspada atas peningkatan sejumlah risiko eksternal. Beberapa risiko eksternal itu di antaranya berupa gelombang baru penyebaran Covid-19 dan peningkatan tekanan inflasi global.
Selain itu risiko dari pengetatan pasar keuangan global sehubungan dengan normalisasi kebijakan moneter di beberapa negara maju, terutama di Amerika Serikat. Hal tersebut dinilai berpotensi menghambat laju pemulihan ekonomi global, yang pada gilirannya berdampak pada ekonomi domestik.