TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) Tbk atau KAI masih menghadapi kondisi yang berat pada 2021. Dari sisi pendapatan penumpang, capaian perseroan menurun drastis ketimbang posisi normal 2019.
Direktur Operasi KAI Heru Kuswanto memperkirakan sampai akhir tahun nanti, pendapatan dari sisi perusahaan hanya mencapai 34 persen dari angka normal. Kondisi ini lebih buruk ketimbang capaian pendapatan penumpang pada 2020.
“Pada 2020, kami drop tapi hitungannya masih punya tiga bulan aman, yaitu Januari sampai Maret (sebelum virus Corona masuk). Di akhir tahun pendapatan penumpang tinggal 43 persen. Namun 2021 lebih berat,” ujar Heru dalam diskusi bersama Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) secara daring, Kamis, 23 Desember 2021.
Heru menyatakan sepanjang 2021, pendapatan penumpang melorot sejak Januari sampai Desember lantaran pengetatan pergerakan masyarakat. Kebijakan pemerintah menarik rem darurat melalui pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mendorong minat pelanggan KAI untuk bepergian turun.
Meski demikian, pendapatan perusahaan masih ditopang oleh capaian dari angkutan barang. Berkebalikan dengan pendapatan penumpang, KAI mencatat sepanjang tahun ini, pendapatan dari sisi angkutan barang justru menjadi penolong karena kinerjanya naik drastis.
“Kami tertolong dengan angkutan barang karena 2021, harga batu bara dunia bagus. Pelanggan kami seperti PTBA dan swasta meningkat,” tutur Heru.