TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar dolar AS menguat lagi pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat atau Rabu pagi, 15 Desember 2021, setelah rebound dari penurunan di hari sebelumnya. Ketika itu pasar didorong dengan pilihan berbeda oleh bank-bank sentral utama antara memerangi inflasi atau hambatan ekonomi dari pandemi Covid-19.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya naik 0,2 persen pada 96,5520 dalam perdagangan sore di New York, setelah menyerahkan sebagian besar kenaikan Senin, 13 Desember 2021, sebesar 0,3 persen.
Rebound terjadi sebagian besar dengan mengorbankan euro, karena pasar mencerna laporan lain tentang inflasi AS yang secara tak terduga lebih tinggi yang dapat mendorong suku bunga Amerika jauh lebih tinggi dan lebih cepat daripada di Eropa.
Daya tarik safe-haven dolar juga meningkat karena indeks saham jatuh di Amerika Serikat dan Eropa, dan saat minyak turun karena prediksi bahwa varian virus corona Omicron yang menyebar dengan cepat akan mengurangi permintaan global.
Euro turun lebih dari 0,2 persen pada 1,1256 dolar AS, mendekati level terendah satu minggu pada pukul 20.39 GMT.
Baca Juga:
"Kontras antara kebijakan-kebijakan moneter Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa (ECB) mendorong nilai tukar euro-dolar," kata Ron Simpson, analis mata uang global di Action Economics di Safety Harbor, Florida.
The Fed akan memperbarui kebijakannya pada Rabu waktu setempat dan ECB pada Kamis, 16 Desember 2021."Sepertinya tidak ada akhir yang terlihat dari sikap dovish ECB, sedangkan sepertinya setiap pertemuan The Fed menjadi sedikit lebih hawkish," kata Simpson.
The Fed diperkirakan mempercepat pengurang pembelian obligasi. Itu akan membuka pintu lebih cepat untuk kenaikan suku bunga acuan.
Penguatan dolar pada Selasa, 14 Desember 2021, kemungkinan mendapat dorongan tambahan dari penutupan posisi jual dolar setelah laporan inflasi dan menjelang dua pertemuan bank sentral, tambahnya. "Saya tidak berpikir itu masalah besar yang baru, posisi beli dolar."