Ia menyebut banyak peran yang masih kosong dalam ekosistem mobil listrik. Misalnya, Indonesia memiliki tambang bahan baku tapi tidak memiliki pemurnian bahan baku baterai. Indonesia juga belum memiliki pabrik mobil listrik di dalam negeri.
Selanjutnya, Indonesia sudah menyiapkan energy storage system, battery swap, hingga stasiun isi ulang, namun rencana daur ulangnya belum ada. Kalau ruang-ruang kosong itu didiamkan, kata dia, maka ekosistemnya tidak akan tersambung dan membuat keputusan menjadi setengah-setengah.
"Akhirnya apa? Akhirnya kita jadi market lagi, sumber daya alam kita dikirim lagi, tidak ada hilirisasi. Itu lah kenapa luar biasa komitmen bapak presiden ketika bicara sumber daya alam harus dihilirisasi," ujar Erick.
Ia mengatakan lantaran kekosongan itu lah pemerintah membuat IBC. Pemerintah juga memaksa Korea Selatan dan Cina untuk bermitra agar tidak hanya mengambil nikel dari Indonesia, tapi harus membuat pabrik di Indonesia. Dengan demikian, lapangan kerja baru terbuka dan terjadi transfer pengetahuan. "Jadi, saya sangat membuka kerja sama ini dengan banyak pihak, karena ekosistemnya bolong."
Baca Juga: Tesla Digugat Pekerja Wanita Lagi Atas Tuduhan Pelecehan Seksual