TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak mentah berada di sesi lebih tinggi pada penutupan perdagangan Senin atau Selasa pagi, 30 November 2021.
Perubahan ini terjadi karena investor memandang kemerosotan pasar minyak dan keuangan pada Jumat, 26 November 2021, akibat tidak adanya lebih banyak data tentang varian baru virus corona Omicron.
Minyak mentah berjangka Brent menetap di 73,44 dolar AS per barel, naik 72 sen atau 1,0 persen, setelah anjlok 9,50 dolar AS pada akhir pekan lalu. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 1,80 dolar AS atau 2,6 persen menjadi ditutup di 69,95 dolar AS per barel. WTI terpuruk 10,24 dolar AS di sesi sebelumnya.
Brent sempat melonjak di atas 77 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS menyentuh tertinggi di atas 72 dolar AS per barel. Namun, kedua kontrak menyerahkan sebagian keuntungan mereka di akhir sesi.
Dalam perdagangan pasca-penyelesaian, Brent sebentar berubah menjadi berada di wilayah negatif dengan volume tipis.
Penurunan pada Jumat adalah penurunan satu hari terbesar sejak April 2020, mencerminkan kekhawatiran bahwa larangan perjalanan terkait virus corona akan menekan permintaan. Penurunan itu diperburuk oleh likuiditas yang lebih rendah karena libur AS.
"Kami percaya bahwa penurunan harga minyak telah berlebihan," kata Michael Tran, seorang analis di RBC Capital Markets, mencatat bahwa penurunan tajam harga menunjukkan tingkat permintaan yang jauh lebih lemah daripada yang terlihat saat ini.