TEMPO.CO, Jakarta – Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Prasarana LRT Jabodebek Ferdian Suryo Adhi Pramono mengatakan pihaknya sudah menindaklanjuti temuan Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK ihwal ketidaksesuaian spesifikasi dalam proyek sepur ringan. Salah satu temuan menunjukkan adanya masalah pada sistem pengait kereta atau coupler.
“INKA saat ini sedang proses pengadaan dan akan diganti di Depo (LRT) tahun depan pada saat depo sudah siap dipakai,” ujar Ferdian saat dihubungi pada Rabu, 3 November 2021.
BPK mendapati ketidakcocokan spesifikasi komponen sepur ringan pada proses produksi sarana LRT Jabodebek yang dikerjakan oleh PT INKA. INKA merupakan produsen 31 rangkaian kereta LRT.
Komponen-komponen spesifikasi itu tidak seuai dengan yang disyaratkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan KP 765 tahun 2017. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan, INKA seharusnya memasang perangkat pengait kereta dengan sistem automatic tight coupler yang dapat dikendalikan dari kabin secara otomatis.
Namun temuan BPKP menunjukkan pengait yang terpasang tersebut berjenis automatic tight lock coupler standar AAR 10 yang sistemnya masih manual. Temuan itu tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Tahun 2017-2019 pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan Anak Perusahaan Terkait Lainnya di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Sumatera Selatan.
Ferdian menjelaskan, pihaknya sudah menindaklanjuti temuan itu pada tahun lalu. “Itu sudah clear pada 2020,” ucap Ferdian.
Selain masalah ketidaksesuaian spesifikasi komponen kereta, BPK menemukan keterlambatan penyerahan rangkaian kereta atau trainset. Pada 2018, PT Kereta Api Indonesia (Persero) menganggarkan pengadaan sarana 186 kereta LRT dengan total investasi sebesar 4,1 triliun.