"Kita tahu bahwa kondisi Garuda seperti ini akibat penyewaan pesawat oleh Garuda yang kurang baik. Faktor utama inilah ditambah lagi dengan datangnya kondisi Corona saat ini. Pandemi Covid-19 ini merupakan puncaknya saja, dan Garuda sendiri sejak lama sudah memiliki fondasi korporasi yang kurang baik," kata Arya.
Dengan demikian, lanjut Arya, Kementerian BUMN harus membereskan masalah Garuda ini dengan baik dan efisiensi dilakukan terus menerus, jadi semua pihak harus bersama-sama ikut membantu.
"Kita harus selamatkan dengan cara negosiasi. Kalau cara ini tidak berhasil maka Kementerian BUMN baru akan mencari opsi atau langkah-langkah agar BUMN dan bangsa Indonesia tetap memiliki maskapai penerbangan. Jadi kita tunggu saja bagaimana negosiasi kita dengan para lessor dan pemilik piutang Garuda," katanya.
Sebelumnya Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menargetkan Garuda Indonesia akan bergabung dengan Holding BUMN PT Aviasi Pariwisata Indonesia/Aviata (Persero) pada 2023.
Ia berharap restrukturisasi Garuda akan cepat tuntas dan selesai, sehingga mereka akan masuk menjadi bagian Aviata ke depan. Ia mengatakan penggabungan pada holding pariwisata tersebut akan melalui tiga tahap di mana tahap pertama telah terselesaikan pada triwulan III 2021, tahap kedua pada triwulan IV-2021, dan tahap ketiga di 2023.
Baca juga: Erick Thohir: Garuda Harus Fokus pada Domestik, Saya Yakin Akan Kembali Sehat