TEMPO.CO, Jakarta - Saham emiten energi tak lantas melambung kendati harga batu bara menembus rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menduga hal itu karena investor masih khawatir terhadap harga komoditas yang cenderung volatile dan mereka cemas akan munculnya spekulan.
“Harga tidak menggoyang emiten saham batu bara terlalu tinggi karena mereka (investor) tahu spekulasi di batu bara naik-turunnya sangat rawan,” ujar Ibrahim saat dihubungi pada Jumat, 1 Oktober 2021.
Harga komoditas batu bara menembus rekor teratas. Di pasar ICE Newcastle (Australia), harga batu bara mencapai US$ 206,25 per metrik ton atau melonjak 1,63 persen dan menempatkan harga komoditas berada di tataran tertinggi selama satu dekade.
Ibrahim menjelaskan, kenaikan harga komoditas kali ini sudah bisa diprediksi oleh pasar global. Faktor kenaikan harga meliputi adanya insiden banjir di Cina pada Juni hingga Juli lalu yang menyebabkan tambang batu bara banjir sehingga produksi menurun.
Tak lama setelah itu, sejumlah negara empat musim memasuki musim dingin sehingga kebutuhan energi listrik meningkat. Secara otomatis, permintaan batu bara terhadap negara-negara penghasil komoditas, seperti Indonesia, pun ikut terkerek.