Namun, kendati permintaan naik, Ibrahim memperkirakan tak serta-merta jumlah produksi batu bara ikut melonjak. Banyak perusahaan yang justru menahan produksi untuk mencegah krisis harga. “Ada ketakutan bagi emiten yang bergerak di sektor batu bara, kalau mereka ekspor dengan harga tinggi, harga energi ini akan mendekati krisis,” ujar Ibrahim.
Di saat yang sama, Ibrahim mengatakan muncul spekulan-spekulan yang melakukan hedging saham. Hedging saham merupakan aksi yang bertujuan mengurangi risiko terhadap perubahan harga yang dapat membuat investor rugi.
“Dengan begitu, inilah yang ditakutkan oleh emiten batu bara sehingga kenaikan harga saham dari perusahaan yang listing di bursa tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan emiten farmasi dan teknologi,” ujar Ibrahim.
Dalam penutupan perdagangan sesi I pada akhir September 2021, saham-saham pertambangan batu bara dan pendukungnya sempat meningkat. Saham Bayan Rsources atau BYAN, misalnya menguat 15,9 persen.
Kemudian saham Harum Energy atau HRUM naik 15,1 persen dan Bumi Resources atau BUMI naik 10,9 persen. Kenaikan saham-saham tersebut turut mendongkrak indeks sektor energi menjadi indeks sektoral yang menguat paling tinggi di sesi pertama hari itu.
Baca: Krisis Utang Evergrande Memicu Naiknya Credit Default Swap RI, tapi...