TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja mengatakan krisis utang US$ 300 miliar raksasa properti Evergrande di Cina telah memicu kenaikan persepsi risiko investasi di Tanah Air. Kenaikan resiko ini terlihat dari Credit Default Swap (CDS) Indonesia yang sempat meningkat beberapa waktu terakhir.
Walau demikian, Enrico menyebut dampaknya ke Indonesia kemungkinan hanya sementara. Karena walau utang Evergrande ini setara 2,5 persen PDB Cina, mayoritas yaitu 98 persen dalam bentuk mata uang lokal.
"Kalau kita lihat kita punya CDS, itu hanya naik sedikit, lalu turun lagi, jadi market setuju problem ini sangat domesticated," kata Enrico dalam diskusi Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan atau Kemenkeu, Jumat, 1 Oktober 2021.
Sebelumnya, CDS Indonesia memang sempat mengalami penurunan menjelang pekan terakhir September 2021. Tapi, posisi saat ini terpantau sudah kembali meningkat.
Dikutip dari worldgovernmentbonds.com, CDS 5 tahun Indonesia pada 1 Agustus 2021 tercatat berada di angka 81,39 dan terus turun hingga 66,61 pada 1 September 2021. Lalu, krisis utang Evergrnade mencuat pada September.
CDS Indonesia pun langsung naik ke posisi 86,24 pada 20 September. Setelah itu, CDS langsung bergerak turun ke posisi 77,78 pada 23 September. Tapi saat ini, CDS sebenarnya kembali naik hingga ke posisi terakhir yaitu 81,68 pada 1 Oktober.