TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Heru Kristiyana memperkirakan kebutuhan investasi iklim di Indonesia mencapai US$ 458 miliar dari 2016 sampai 2030.
"Khususnya untuk seltor energi terbarukan dan green building yang membutuhkan investasi kira-kira sebesar US$ 11-209 miliar," kata Heru dalam konferensi pers virtual, Kamis, 30 September 2021.
Untuk di Jakarta, kata dia, estimasi investasi iklim dari 2018 hingga 2030 diperkirakan US$ 30 miliar, khusus untuk sektor green building US$ 16 miliar dan kendaraan listrik US$ 7 miliar.
Hal itu, kata dia, akan membuka kesempatan bagi bank-bank yang mampu bersaing dan berhasil mengambil peluang untuk mengambil pembiayaan tersebut untuk meningkatkan kinerjanya.
"Peluang ini saya kira sangat bagus dan suatu keniscayaan bagi perbankan untuk memanfaatkan peluang yang sangat besar dalam pembiayaan hijau ini," ujarnya.
OJK juga mencatat terdapat 21 negara dengan nilai emisi gas rumah tangga tangga yang tinggi atau sekitar 89 persen. Negara-negara itu, kata dia, membutuhkan mitra pengurang emisi dengan investasi di bidang iklim sebesar US$ 23 triliun.
"Ini suatu angka yang sangat besar sampai 2030. Perbankan dapat berperan memberikan pinjaman portfolio hijau sebesar 7-30 persen sampai 2030," kata Heru.
Baca: Hiperinflasi 7 Tahun Berturut-turut, Kemiskinan Ekstrem di Venezuela Melonjak