"Bahan baku seperti serat pisang itu banyak sekali tersedia di luar Jawa, yang di sana melimpah namun tak termanfaatkan atau hanya jadi limbah," kata Deddy yang akhirnya bekerja sama dengan petani-petani di luar Jawa itu untuk suplai bahan baku secara rutin.
"Sekarang kebutuhan serat pisang kami setiap bulan satu ton, bukan sekilo dua kilo lagi seperti awal awal," Deddy menambahkan.
Selain serat pisang, Deddy setiap bulan juga mendatangkan setengah ton bahan rumput rayung dari Jawa Barat untuk kebutuhan hiasan lampu dan cerminnya.
Rentang harga produk Palem Craft Jogja sendiri untuk produk cermin di pasar lokal harganya Rp 250-750 ribu per biji. Sedangkan produk lampu dari harga Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta per satuannya.
Produk Palem Craft itu oleh para konsumennya di mancanegara yang sebagian reseler, rata rata dijual kembali dengan harga enam sampai tujuh kali lipatnya.
Deddy mengakui pandemi ini sama sekali tak sampai mempengaruhi kinerja perusahaannya hingga terpuruk. Apalagi sampai memberhentikan karyawan.
"Justru kami sekarang sedang buka lowongan terus untuk menambah karyawan terus, dari sebelumnya 30 orang, bulan ini jadi 50 orang, karena permintaan tinggi sekali," kata Deddy yang menyebut masih kekurangan 20-30 karyawan lagi untuk menyelesaikan order.
Terlebih, pasca tempat produksinya kebakaran Juli lalu, seluruh stok jadi musti dikejar lebih cepat produksinya untuk mengganti pengiriman yang tertunda. Sehingga ia butuh lebih banyak karyawan.
"Mungkin tingginya permintaan kerajinan dekorasi rumah ini di luar negeri karena dampak Covid-19 juga.Orang-orang di sana yang sebelumnya jarang berada di rumah, jadi sering di rumah karena ada lockdown lalu mulai mengamati kalau ruang rumahnya perlu dekorasi dan mereka mulai mencari," kata Deddy.