TEMPO.CO, Jakarta - PT Bukalapak.com Tbk resmi mengumumkan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Melalui IPO ini, Bukalapak yakin dapat semakin memperkuat jaringan bisnis hingga memajukan UMKM di Indonesia.
"Hal ini sejalan dengan misi Bukalapak untuk mewujudkan perekonomian yang adil bagi semua, kata CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat, 9 Juli 2021.
Seiring dengan rencana IPO ini, Bukalapak telah mempublikasikan prospektur di situs resmi mereka. Di dalamnya tertera petunjuk soal IPO dan kinerja keuangan. Untuk hal keuangan, berikut beberapa kinerja Bukalapak sepanjang 2020 lalu:
1. Pendapatan dan Rugi
Hingga 2020, Bukalapak berhasil meraup pendapatan bersih Rp 1,35 triliun. Pendapatan ini terus tumbuh dari 2018 yang masih sekitar Rp 291 miliar.
Dari 2018 hingga 2020, Bukalapak mencatat rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) pendapatan perseroan mencapai 115 persen.
Di sisi lain, Bukalapak juga masih merugi Rp 1,34 triliun di tahun 2020. Tapi, angka ini sudah mulai menurun dibandingkan posisi 2018 yang merugi Rp 2,24 triliun.
2. Total Transaksi
Hingga akhir 2020, Bukalapak mencatatkan transaksi mencapai Rp 85 triliun. Ini tidak hanya transaksi ketika pemesanan barang, tapi merupakan data final ketika pembayaran sudah dilakukan.
"Kalau misal di-compare, kira-kira 3,3 persen APBN Indonesia tahun lalu," kata Rachmat.
3. Porsi Transaksi
Rachamt bersyukur karena saat ini, 70 persen dari transaksi di Bukalapak berasal dari luar kota besar. "Jadi kebalikannya dengan industri," kata dia.
Selain itu, Bukalapak kini punya 105 juta registered user hingga akhir 2020. Selain itu, mereka juga telah melayani 13,5 juta UMKM online. 6,5 juta pelapak online dan 7 juta warung kelontong yang jadi mitra Bukalapak. "Itu adalah jaringan mitra warung nomor satu di Indonesia," ujar Rachmat.
BACA: Dikabarkan IPO Bulan Depan, Bukalapak: Kami Belum Buat Keputusan
FAJAR PEBRIANTO