TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga 7-Day Reserve Repo Rate di level 3,5 persen tak mampu mengangkat nilai tukar rupiah. Bloomberg mencatat, pada Kamis sore ini, 17 Juni 2021, kurs rupiah melemah 0,83 persen menjadi Rp 14.355 per dolar AS. Artinya, sejak awal tahun ini, rupiah sudah terdepresiasi 2,17 persen.
Pelemahan nilai tukar juga terjadi pada mayoritas mata uang di kawasan Asia Pasifik. Won Korea Selatan, misalnya, melemah 1,2 persen, peso Filipina melemah 0,64 persen, dan rupee India melemah 0,65 persen. Hanya yen Jepang yang menguat terhadap dolar AS sebesar 0,13 persen.
Baca Juga:
Adapun dolar AS menguat 0,5 persen menjadi 91.590. Penguatan kurs dolar AS sudah terjadi selama lima hari berturut-turut.
Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell sebelumnya menyatakan bahwa pihaknya menyadari risiko inflasi dan akan memulai diskusi mengenai penyesuaian pembelian obligasi.
Pembuat kebijakan di bank sentral tersebut telah memberi sinyal bakal mengerek suku bunga dua kali hingga akhir 2023, atau lebih cepat dari perkiraan.
Hal tersebut yang kemudian menandai pembalikan arah komunikasi The Fed kepada pelaku pasar global, yang selama ini sangat dovish. “Kami melihat orang tampaknya kurang nyaman dengan asumsi The Fed ternyata tidak sesabar yang diinginkan,” kata Co-head of Global Economics Natwest Markets Michelle Girard, Kamis, 17 Juni 2021.
Meskipun Powell tidak menyebut secara eksplisit peluang kenaikan suku bunga, namun investor tampaknya mengartikan komentar bos The Fed itu sebagai persiapan untuk mode hawkish yang berujung pada pengetatan (tapering).
Adapun di dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia selama dua hari terakhir memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level rendah sebesar 3,5 persen. Begitu pula dengan tingkat suku bunga deposit facility dan bunga lending facility masing-masing tetap di 2,75 persen dan 4,25 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga. "Dan memperkuat upaya pemulihan ekonomi," katanya dalam konferensi pers.
BISNIS
Baca: BI Tegas Melarang Kripto Digunakan sebagai Alat Pembayaran