TEMPO.CO, Bandung - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Dian Masyita mengatakan model bisnis dari mata uang digital kripto atau cryptocurrency saat ini masih belum jelas.
Berdasarkan hasil pengamatannya selama lima tahun ini, para pemodal besar ingin mencari tempat berspekulasi di aset kripto. “Pembeli uang kripto mengharapkan kelebihan keuntungan dari fluktuasi harga, jadi lebih ke judi,” kata Dian, Kamis, 10 Juni 2021.
Baca Juga:
Dian menjelaskan, ada 4.501 jenis mata uang kripto yang terdata hingga Februari 2021. Angka itu melonjak bila dibandingkan dengan dua tahun lalu jumlahnya sekitar 2.000-an jenis.
Uang digital itu dibuat oleh pengembang yang kemudian ditambang orang dengan algoritma khusus lewat komputer lalu hasilnya diperjualbelikan. Harga kripto yang diciptakan oleh pasar, akan meningkat jika banyak permintaan dan sebaliknya. “Masalahnya kalau kita beli Bitcoin, enggak jelas uangnya mengalir kemana,” ujar Dian.
Istilah investasi untuk aset kripto juga dinilai kurang tepat karena tidak ada bisnis yang jelas di tempat perputaran dananya. “Pemilik maupun penambang uang kripto tidak terlacak, mereka pakai identitas samaran,” katanya.