Langkah itu, menurut dia, adalah upaya melakukan promosi terpadu dengan maskapai dan wholesaler terkemuka di negara pasar. Di samping itu, promosi juga dilakukan melalui website, media sosial, media berbayar, serta berpartisipasi dalam sejumlah pameran pariwisata.
Sebelumnya, sejak pandemi Covid-19, jumlah penumpang maskapai penerbangan pelat merah itu anjlok drastis sampai 90 persen. Bahkan rata-rata jumlah penumpang pada 2020 hanya 60 persen. Turunnya jumlah penumpang membuat Garuda menanggung beban berat karena anjloknya pendapatan.
Terakhir, Garuda mencatatkan utang mencapai Rp 70 triliun yang jumlahnya bertambah sekitar Rp 1 triliun setiap bulan. Maskapai penerbangan pelat merah ini pun berencana untuk memangkas jumlah pesawat yang saat ini sekitar 140 unit menjadi hanya 70 unit.
Salah satu yang bakal segera dilakukan Garuda adalah memangkas frekuensi penerbangan dalam negeri untuk menekan beban operasional perusahaan. Perseroan akan mengurangi jadwal penerbangan, bahkan di rute-rute favorit seperti Jakarta-Denpasar.
Selain mengurangi frekuensi penerbangan rute domestik, Garuda bakal mengkaji ulang rute-rute internasional. Beberapa rute luar negeri disebut-sebut tidak menguntungkan, bahkan membuat perusahaan merugi.
CAESAR AKBAR | FRANCISCA CHRISTY
Baca: Dahlan Iskan Ungkap Beda Garuda dan Thai Airways, Meski Sama-sama Megap-megap