Alasan kedua adalah kuatnya koordinasi kebijakan yang kuat antara pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga lainnya. Koordinasi yang erat itu sangat dibutuhkan untuk reformasi struktural dalam menarik investasi.
"Itulah rekam jejak Indonesia di masa lalu, kami menunjukkan ketangguhan kami di bawah kondisi sulit, berpegangan erat dan kami berhasil mengatasi pandemi ini," ucap Perry.
Lalu alasan ketiga, yakni tumbuhnya digitalisasi di Indonesia. Saat ini ekonomi digital tumbuh dan khususnya e-commerce, pada tahun ini pertumbuhannya akan mencapai 39 persen atau mencapai sekitar US$ 25 miliar.
Sementara itu, kata bos BI tersebut, uang elektronik tumbuh sekitar 32 persen atau mencapai US$ 18 miliar. Sementara digital banking tumbuh 22 persen mencapai US$ 2,2 triliun. "Ketiga alasan inilah yang membuat Anda harus berinvestasi di Indonesia," tutur Perry.
ANTARA
Baca: Bos BI: Pemulihan Ekonomi Tak Hanya Tergantung Vaksinasi dan Penanganan Pandemi