Sementara itu, penilaian persediaan merupakan pendapatan yang berasal dari tambahan persediaan bijih (ore stock pile) yang ditinggalkan oleh para penambang liar (Penambangan Tanpa Izin / PETI) sebelumnya.
Dari sisi produksi, volume produksi dore bullion dan emas melejit menjadi masing-masing 50 kg dari sebelumnya 5 kg dan 24 kg dari sebelumnya 2 kg.
Suseno mengatakan, terlepas dari peningkatan kinerja keuangan dan produksi yang dicatatkan pada kuartal I 2021, sesungguhnya perseroan mampu membukukan pencapaian yang lebih baik.
Dia menjelaskan, pendapatan kuartal I 2021 itu belum termasuk dari jasa konsultasi penambangan, sehingga 100 persen pendapatan berasal dari produksi dan penjualan emas.
Selain itu, kondisi pandemi global telah menyebabkan keterlambatan pengiriman beberapa suku cadang dari Cina untuk perawatan berkala fasilitas pabrik yang ada saat ini di Poboya, Palu.
Oleh karena itu, pabrik BRMS terpaksa beroperasi hanya dengan kapasitas sebesar 70 persen di semester pertama 2021. Namun demikian, beberapa suku cadang yang dibutuhkan tersebut kini telah tiba dan telah terpasang di pabrik terkait.
Perseroan berharap dapat mengoperasikan pabrik yang ada saat ini dengan kapasitas penuh pada Mei dan Juni 2021.
Di sisi lain, Bumi Resources Minerals akan meningkatkan produksi emas secara signifikan pada kuartal II/2022 seiring dengan rampungnya pabrik kedua perseroan di Poboya, Palu dengan kapasitas untuk mengolah sampai dengan 4.000 ton bijih per harinya. “Kenaikan produksi emas ini akan berdampak positif terhadap pendapatan dan laba BRMS di tahun depan,” ujar Suseno.
BISNIS
Baca juga: Bumi Resources Cicil Bayar Utang Tranche A Sebesar Rp 100,6 Miliar