BPS mencatat nilai ekspor produk perikanan pada Bulan Maret 2021 mencapai US$ 476 juta atau meningkat 19 persen apabila dibanding nilai ekspor produk perikanan bulan Februari 2021. Angka itu juga meningkat 12 persen apabila dibanding nilai ekspor produk perikanan bulan Maret tahun sebelumnya.
Secara kumulatif pada periode Januari-Maret 2021, nilai ekspor produk perikanan mencapai US$ 1,27 Miliar atau naik 1,4 persen dibanding periode yang sama tahun 2020. Adapun surplus neraca perdagangan yang tercatat sebesar US$ 1,14 miliar atau naik 0,34 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada periode tersebut, negara tujuan ekspor utama adalah Amerika Serikat sebesar US$ 561 juta (45 persen terhadap nilai ekspor total), Cina sebesar US$ 171 juta (14 persen), Jepang sebesar US$ 138 juta (11 persen), Asean sebesar US$ 133 juta (10,6 persen), Uni Eropa sebesar US$ 62 juta (5 persen), dan Timur Tengah sebesar US$ 28 juta (2 persen).
Sedangkan komoditas ekspor utamanya meliputi Udang sebesar US$ 527 juta (42 persen terhadap nilai ekspor total), Tuna-Cakalang-Tongkol sebesar US$ 169 juta (13 persen), Cumi-Sotong-Gurita sebesar US$ 128 juta (10 persen), Rajungan-Kepiting sebesar US$ 103 juta (8 persen) , Rumput Laut sebesar US$ 64 juta (5 persen), dan Layur sebesar US$ 22 juta (2 persen).
Trenggono menjelaskan angka-angka tersebut, menujukkan bahwa industri perikanan khususnya yang berorientasi ekspor, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi di masa pandemi Covid-19, ekspor perikanan justru menunjukkan tren positif.
Sektor perikanan ini, menurut dia, tidak hanya menghasilkan devisa bagi negara, tapi juga menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat yang selama ini menggantungkan hidup dari hasil perikanan. "Di samping itu sektor ini menyerap banyak tenaga kerja," kata dia.
Baca: BPS: Neraca Perdagangan Maret 2021 Surplus USD 1,57 Miliar