Harry menduga ada masalah dari sisi teknologi yang menyebabkan kilang terbakar. “Saya simak ini lebih ke teknologinya, perlengkapannya, yang patut diduga sudah usang dan bocor. Kebetulan ada petir, jadi terbakar,” katanya.
Akibat kejadian tersebut, Harry menyarankan Pertamina segera meningkatkan sistem peringatan keamanan dini di lokasi kilang. Ia juga meminta Pertamina segera meremajakan aset-aset yang rentan menimbulkan masalah di masa mendatang.
“Kami tidak ingin itu terjadi. Ini harus jadi pelajaran penting pemerintah,” ujar Harry.
Api melalap tangki T301 di area Kilang Balongan Pertamina pada 29 Maret 2021 dinihari. Pemadaman baru bisa dilakukan secara total dua hari setelah kebakaran terjadi, yakni pada 31 Maret 2021.
Akibat kejadian ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada lima desa terdampak. Kelimanya adalah Desa Balongan, Desa Sukareja, Desa Rawadalem, Desa Sukaurip, dan Desa Tegalurung. Masyarakat di area kebakaran diungsikan ke titik-titik aman yang disediakan Pertamina bersama Pemerintah Kabupaten Indramayu.
Sesaat setelah kebakaran, Pertamina sempat menyatakan insiden ini diduga terjadi lantaran sambaran petir. Pernyataan itu berbeda dengan keterangan Kepala Kepolisian Daerah atau Kapolda Jawa Barat yang mengatakan kebakaran disinyalir terjadi akibat kebocoran pipa tangki.
Baca: Bos Pertamina Jelaskan Soal Bau Menyengat sebelum Kebakaran Kilang Balongan