Merger juga tidak menghasilkan integrasi vertikal atau monopoli vertikal, karena model bisnis Gojek dan Tokopedia adalah ekosistem terbuka yang justru strateginya adalah membuka kesempatan seluas-luasnya untuk kerja sama dengan banyak pihak guna mencapai skalabilitas.
Hal tersebut salah satunya diwujudkan dengan menerima banyak opsi pembayaran dan pengiriman pada masing-masing platform. Kekhawatiran akan integrasi vertikal yang mana terjadi penguasaan produksi jasa dan barang dinilai tidak akan terjadi karena sifat kedua platform dari awal berdiri adalah tidak eksklusif.
Merger yang dilakukan atas dasar efisiensi pada dasarnya membawa manfaat baru seperti nilai baru atau nilai tambah, baik untuk konsumen maupun pelaku usaha, sekaligus mewujudkan efisiensi di pasar secara keseluruhan. Hal itu justru harus disambut baik sebagai wujud pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.
"Biaya operasional bisa saja berkurang, dan akhirnya itu akan memangkas biaya produksi kedua perusahaan, sehingga dapat berdampak positif pada output yang bisa dihasilkan," ujar Ditha.
Sebelumnya, Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita menolak berkomentar mengenai perihal merger tersebut. "Kami tidak dapat menanggapi rumor yang beredar di pasar," kata Nila.
Adapun manajemen Tokopedia masih enggan menanggapi isu merger antara perusahaan mereka dan Gojek. “Kami tidak dapat memberikan komentar terhadap spekulasi pasar,” tutur perwakilan manajemen Tokopedia yang enggan disebutkan identitasnya saat dihubungi Tempo pada Kamis, 4 Februari.
ANTARA
Baca juga: Soal Merger Gojek dan Tokopedia, KPPU Ungkap Peluang dan Risiko