Usulan stimulus juga diajukan kepada Kementerian Keuangan. Dalam tahap awal produksi baterai nanti, masih banyak bahan baku yang harus didatangkan dari luar negeri. Agus berharap ada insentif bagi bahan baku impor untuk memproduksi prekursor, katoda, battery pack dan cell hingga battery recycling.
"Kalau bea masuknya tinggi mungkin bisa diturunkan sampai 0," katanya.
Agus mengatakan usulan insentif tersebut diajukan sejak dini sebagai antisipasi. Pembentukan perusahaan induk baterai sendiri masih dalam proses. Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara, Pahala Mansyuri, menyatakan holding tersebut ditargetkan terbentuk di semester I tahun ini.
Di saat bersamaan pencarian mitra untuk mengembangkan industri ini di dalam negeri masih berjalan. Agus menargetkan kesepakatan untuk membentuk joint venture dengan mitra terpilih bisa terlaksana tahun ini.
Dengan begitu, konstruksi fasilitas di hulu seperti fasilitas pengolahan dan pemurnian hingga pembangunan pabrik baterai untuk roda dua bisa dimulai. Dalam dua tahun ke depan, pemerintah menargetkan mampu memproduksi kendaraan listrik skala kecil dengan memanfaatkan impor battery cell.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif menyatakan pihaknya tengah mempertimbangkan permintaan tersebut untuk memastikan proyek industri baterai ini berjalan. "Ini masukan yang bagus," katanya. Rencananya, tak hanya insentif fiskal tapi juga akan ada stimulus non fiskal yang akan diberikan.