Selain memastikan pesawat tidask mengalami ledakan di air, KNKT mengungkapkan bahwa mesin pesawat masih berada dalam kondisi hidup sebelum membentur air. Temuan ini berasal dari analisis terhadap konsisi turbin yang ditemukan selama masa pancarian.
“Diindikasikan bahwa turbin-turbin rontok yang menandakan bahwa ketika pesawat mengalami impact dengan air, mesin masih berputar,” kata Soerjanto.
Di samping itu, catatan lain menunjukkan bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ-182 tidak mengalami kerusakan signifikan dalam tiga hari sebelum insiden kecelakaan terjadi. Catatan dihimpun sejak 6 hingga 9 Januari 2021.
Sriwijaya Air SJ-182 yang membawa 50 penumpang dan 12 awak pesawat jatuh di Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021. Dalam operasi SAR, tim gabungan menemukan 325 kantong potongan tubuh korban.
Tim SAR telah menghentikan evakuasi terhadap korban dan bangkai pesawat Sriwijaya Air setelah 13 hari pencarian. Operasi dilanjutkan oleh KNKT untuk mencari memori kotak hitam berupa CVR untuk keperluan investigasi. KNKT akan menyelesaikan laporan awal investigasinya dalam 30 hari setelah kecelakaan terjadi.
Baca: Saran Kemenhub ke Keluarga Korban Sriwijaya Air Sebelum Tuntut Boeing