CVR, tutur Ziva, akan rusak bila saat kecelakaan terjadi, pesawat mengalami penetrasi ke bagian dalam dengan benturan yang sangat keras atau bagian vital di dalamnya terkena air laut. Meski demikian, Ziva mengatakan pencarian CVR tanpa baterai yang masih menempel di bodi utamanya akan sangat sulit dilakukan.
Musababnya, kata dia, pencarian oleh tim SAR hanya bisa mengandalkan alat bantu sonar dari kapal atau dengan pencarian manual melalui pengamatan penyelam secara visual. “Akan sangat sulit bila power source atau baterai ditemukan terpisah dari main bodi,” tuturnya.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT sebelumnya menjelaskan akan menempuh beragam cara untuk menginvestigasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 bila CVR tidak ditemukan. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyatakan mengatakan lembaganya akan menganalisis temuan yang terekam dari berbagai sumber, seperti komunikasi pilot dengan air traffic controller hingga flight data recorder atau FDR.
KNKT, kata dia, akan mendeteksi noise atau suara di balik percakapan yang tertangkap sebelumnya. "Kami akan gunakan segala macam cara. Ketika pilot jawab ke AirNav, kami dengarkan berulang kali bahkan sampai seribu kali," ujar Soerjanto di Posko JICT 2, Tanjung Priok, 13 Januari lalu.
Soerjanto menerangkan, dari ACT, KNKT memungkinkan mendeteksi bunyi-bunyi khusus yang mengindikasikan terjadinya keadaan tertentu lewat suara yang tekirim ke tower AirNav. KNKT akan mencocokkan bunyi itu dengan 85 macam bunyi yang diberikan oleh pabrikan pesawat.