TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memastikan stok kedelai Indonesia cukup dalam tiga hingga empat bulan ke depan.
"Kami memastikan bahwa stok bagi Indonesia dalam 3-4 bulan ke depan adalah cukup, yang terjadi adalah kenaikan harga," kata Lutfi dalam konferensi pers virtual Senin, 11 Januari 2020.
Baca Juga: Ingin Produksi Kedelai RI Bendung Impor, Jokowi: Cari Lahan 1 Juta Hektare
Dia mengatakan tugas pemerintah menjembatani antara importir dengan pengrajin dan pedagang terkait stok serta harga kedelai. Dia juga berjanji kepada keseluruhan aspek stakeholder dari kacang kedelai untuk melakukan pembicaraan yang khusus secara rutin.
"Dan hari ini tahu dan tempe beres di lapangan, yang ada adalah kenaikan harga disebabkan permintaan tinggi. Ini adalah suatu keniscayaan yang kita hadapi, karena di Indonesia tidak memiliki kacang kedelai yang cukup, 90 persen lebih adalah impor. Kita harus bisa mengerti kenaikan harga tersebut," kata dia,
Dia mengatakan harga kedelai saat ini menembus Rp 15 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 13 ribu per kg. Lutfi juga berjanji dengan koperasi untuk setiap akhir bulan atau menjelang akhir bulan, memberikan estimasi harga wajar tahu dan tempe.
"Hari ini harga wajar Rp 15 ribu, di kemudian hari ketika harga akan naik kami akan umumkan pada pasar harga yang wajar kacang kedelai," ujarnya.
Dia menuturkan, kenaikan harga kedelai saat ini disebabkan beberapa hal, pertama karena gangguan cuaca El Nina di Amerika Latin yang menyebabkan basah di Brazil dan Argentina. Kedua, diperparah dengan Argentina yang mengalami kemogokan di sektor distribusi.
Penyebab kenaikan harga berikutnya, yaitu masalah permintaan. Dia menuturkan pada 2019-2020 Cina mengalami flu babi, yang membuat semua ternak babi dimusnahkan.
"Sekarang mereka mulai ternak babi dengan jumlah sekitar 470 juta yang tadinya feed-nya tidak diatur, hari ini diatur," ujarnya.
Karena makanan diatur, kata dia, ternak babi yang besar tersebut hampir mengkaliduakan permintaan kedelai dari Cina kepada Amerika Serikat dalam kurun waktu yang singkat. "Jadi dari 15 juta biasanya permintaan Cina, naik jadi 28 juta(ton) permintaan, ini menyebabkan harga yang tinggi," ujar dia.