Dengan nama besar CT Corp dan Grup Salim, menurut Amin, maka Bank Mega akan dapat dengan cepat menyesuaikan posisi di pasar dengan lebih baik. "Bank Mega akan dapat meningkatkan pangsa pasar ke segmen pasar yang mungkin selama ini belum dijajaki dengan masuknya Grup Salim," tutur Amin.
Hingga kuartal III tahun 2020, laba bersih Bank Mega tumbuh 27,8 persen yoy menjadi Rp 1,8 triliun. Pertumbuhan laba Bank Mega dikontribusikan oleh meningkatnya Net Interest Income (NII) 8,3 persen yoy menjadi Rp 2,97 triliun.
Kenaikan laba juga disumbang dari meningkatnya Fee Based Income sebesar 3,1 persen yoy menjadi Rp 1,64 triliun. Di sisi lain, biaya operasional menurun yang menyebabkan rasio BOPO turun menjadi 71 persen, dari periode yang sama tahun lalu sebesar 74,8 persen.
Sedangkan dari kredit yang disalurkan mencapai Rp 50,5 triliun atau meningkat 4,7 persen yoy. Kredit korporasi memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan kredit yakni sebesar Rp 25,9 triliun atau tumbuh 33,1 persen yoy.
Adapun komposisi kredit Bank Mega terutama didominasi oleh 3 segmen kredit yaitu Kredit Korporasi (51 persen), Joint Finance (25 persen) dan Credit Card (13 persen). Profil dan kualitas kredit terjaga dengan baik tercermin dari rendahnya rasio NPL (net) pada akhir September 2020 sebesar 1,03 persen atau turun dari 1,15 persen pada September 2019.
BISNIS
Baca: Kata Analis Soal Saham Bank Mega Melesat Usai Dicaplok Grup Salim