"Saya sendiri melihatnya [BDD] sebagai komponen yang terpenting dalam bisnis Brodo ke depannya, seperti AWS yang telah menjadi cloud computing platform untuk para startup yang juga merupakan bagian dari Amazon," ujar Nicko.
Ketua Pengelola Investasi Sembrani Nusantara Markus Rahardja mengungkap investasi kepada Brodo sesuai dengan fokus pada sektor ritel yang mengedepankan pendekatan dengan kearifan lokal yang memanfaatkan kanal-kanal digital secara optimal.
"Sektor ritel di Indonesia sendiri merupakan pasar yang sangat dinamis. Untuk memenangkan pasar yang daya belinya sedang meningkat ini, persaingan tidak hanya terjadi antar merek namun juga dengan para pemasok barang palsu. Pada tahun 2014, contohnya, kerugian yang dialami negara sebagai akibat dari perdagangan barang palsu mencapai USD4 Miliar," ujarnya.
Oleh sebab itu, seringkali ketersediaan barang palsu menjadi alternatif bagi segmen konsumen yang sadar merek namun belum dapat membeli produk dengan merek internasional karena harganya yang relatif lebih mahal.
"Para pendiri Brodo menyadari hal ini dan berharap munculnya merek-merek lokal dengan kualitas yang tidak kalah baik dapat menjadi solusi bagi konsumen. Selain itu, konsumen generasi milenial dan generasi Z juga sudah sangat savvy dan tidak hanya memedulikan brand apa yang mereka pakai, tetapi juga prinsip dan idealisme apa yang diusung oleh brand tersebut dan customer experience seperti apa yang mereka dapat saat berinteraksi dengan brand," ucapnya.
Markus mengungkap ronde pendanaan ini juga diikuti oleh GDP Venture, perusahaan modal ventura asal Indonesia. GDP Venture sendiri merupakan investor yang sudah lama berinvestasi di ranah konsumen, media, dan entertainment dengan portofolio seperti Blibli, Tiket.com, KASKUS, Endeus, 88rising, dan lainnya.