TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, menyatakan telah mengingatkan pemerintah akan rentannya penggunaan dana bantuan sosial (bansos) untuk paket sembako. Pernyataan itu ia sampaikan melalui media sosial sesaat setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara sebagai tersangka kasus dugaan korupsi bansos sembako.
“Sudah diingatkan jauh hari jangan gunakan paket sembako untuk bantu rakyat miskin dan terdampak Covid-19,” kata Faisal dalam akun Twitter @FaisalBasri, Ahad, 6 Desember 2020.
Faisal pun mengunggah tautan artikel yang ia tulis lima bulan lalu di situs pribadinya. Artikel itu memuat gagasannya tentang pemberian bansos yang lebih baik diberikan dalam bentuk tunai ketimbang sembako.
Setidaknya, Faisal mengungkapkan tiga alasan. Pertama, dengan bantuan paket sembako, pemerintah tidak memberikan keleluasaan kepada penerimanya. Sebab, kebutuhan keluarga berbeda-beda. Keluarga yang anggotanya mengidap diabetes, misalnya, tidak cocok diberikan bantuan berupa beras dan gula. Sedangkan keluarga yang memiliki bayi atau balita lebih membutuhkan uang tunai untuk membeli susu.