TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho memperkirakan tensi perang dagang Amerika Serikat dan mitranya belum akan mereda meskipun Joe Biden menang atas rivalnya, Donald Trump, dalam pemilihan presiden AS.
"Apakah trade wars akan menurun tensinya? Saya rasa tidak. Akan tetap ada dan tensinya akan meningkat," ujar Andry dalam webinar, Ahad, 8 November 2020.
Analisis tersebut, tutur dia, muncul dari kritik yang dilontarkan Joe Biden kepada Donald Trump. Presiden terpilih dari Partai Demokrat itu disebut pernah mengkritik perjanjian fase satu antara Amerika Serikat dengan Cina.
"Bahwa kesepakatan fase satu dengan Cina itu tidak bisa meningkatkan industri atau produksi dalam negeri, dan perdagangan dengan Cina akan terus meningkat. Seperti cek kosong saja," tutur Andry.
Selanjutnya, Biden mengatakan akan bekerja sama dengan sekutu Amerika untuk menerapkan pengenaan tarif kepada Cina. Hal tersebut lah yang membuat Andry memprediksi tensi perang dagang antara dua negara adi daya tersebut belum akan berakhir, dan malah meningkat.
Di samping itu, Joe Biden juga diperkirakan akan melanjutkan kebijakan restriksi yang sudah diterapkan pada era Donald Trump. Kebijakan tersebut, kata Andry, dituangkan salah satunya melalui program 'Buy America Plan'. Program tersebut mewajibkan produk Amerika untuk dibeli. Program ini akan masuk pada pengadaan di tataran pemerintahan.