Franky menjelaskan, perencanaan keuangan tergantung dengan kebutuhan dan target setiap orang, misalnya untuk pendidikan anak sekolah, kuliah, kebutuhan pensiun, dana darurat atau kebutuhan masa depan lain. Jika masih terdapat kelonggaran dana, maka bisa merencanakan hal lainnya, seperti jalan-jalan atau buka bisnis sampingan baru.
Yang tak kalah penting di saat pandemi, menurut Franky, adalah proteksi. Proteksi baik itu asuransi jiwa maupun kesehatan sebaiknya juga penting agar tujuan keuangan tetap dapat berjalan tanpa terhambat.
Selain itu, Franku menyebutkan kebutuhan dana darurat idealnya sebesar enam bulan dari pengeluaran pokok. Namun, jika belum memiliki dana darurat yang ideal dengan kondisi resesi saat ini, tak perlu tergesa-gesa memenuhi kebutuhan dana darurat tersebut.
Dana darurat bisa diatur tergantung kondisi keuangan individu, baik itu dalam 1 tahun hingga 5 tahun. Sebagai contoh, jika memiliki pengeluaran pokok selama ini sebesar Rp 20 juta per bulan, maka, dana darurat yang diperlukan adalah Rp 120 juta dengan menggunakan pendekatan enam kali pengeluaran.
Namun, dana darurat ini bisa dikumpulkan selama 5 tahun atau Rp 2 juta per bulan. Dengan begitu, kebutuhan untuk rencana lainnya seperti untuk rencana kuliah anak Rp 2 juta per bulan, kebutuhan pensiun sebesar Rp1,5 juta per bulan, serta kebutuhan keuangan lainnya seperti tabungan bisa tetap dipenuhi.
Di luar pengeluaran bulanan, asuransi kesehatan, BPJS, maupun perencanaan tujuan keuangan lainnya, apabila masih terdapat dana menganggur, maka ada baiknya diproteksi dengan asuransi jiwa atau asuransi pendidikan tergantung dari tujuan keuangan yang sedang dikejar. Dengan demikian, kondisi hidup sudah cukup aman dan tujuannya dapat tercapai sesuai jangka waktu yang direncanakan.
Untuk menabung dana darurat dan mencapai rencana keuangan tersebut, bisa dilakukan dengan memanfaatkan beberapa produk investasi yang ada, baik berupa reksa dana pasar uang, obligasi, saham, maupun logam mulia.
BISNIS
Baca: Risiko Deflasi Berturut-turut: Ekonomi Melemah, Resesi hingga Depresi Ekonomi