TEMPO.CO, Jakarta - Pendapatan perusahaan tambang batu bara, PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA, tergerus akibat pandemi Covid-19 karena adanya penurunan permintaan pasar hingga anjloknya harga komoditas. Untuk menjaga stabilitas keuangan hingga akhir tahun 2020 ini, Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatakan perusahaan telah memiliki sejumlah strategi.
Salah satu upaya yang dilakukan entitas adalah mencari ceruk pasar baru di negara non-tradisional. “Dari sisi marketing, kami cari market baru non-tradisional seperti Kamboja, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka yang masih mempunyai PLTU dan kebutuhan terhadap batu bara,” ujar Arviyan saat konferensi pers virtual, Rabu, 30 September 2020.
Laba bersih PTBA pada semester I 2020 turun sebesar 35,8 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Per Juni 2020, PTBA mengantongi laba senilai Rp 1,3 triliun selama semester I 2020. Sedangkan pada paruh pertama 2019 mencapai Rp 2,08 triliun.
Penurunan laba didorong oleh merosotnya harga komoditas yang mencapai 20 persen. Bila Januari lalu posisi komoditas batu bara masih berada di kisaran US$ 66 per ton, pada Juni harga tersebut turun menjadi US$ 52 per ton.
Di samping mencari pasar potensial, Arviyan menjelaskan, perusahaan telah melakukan pelbagai efisiensi dari sisi operasional untuk menekan beban. Biaya-biaya yang dianggap tidak berpengaruh terhadap produksi pun dipangkas. PTBA menurunkan biaya operasional beban pokok penjualannya dari Rp 6,8 triliun menjadi Rp 6,4 triliun.