Perusahaan juga menangguhkan belanja modal dari Rp 4 triliun menjadi Rp 2,7-3 triliun untuk tahun ini. Dalam kondisi pandemi, Arviyan menjelaskan perusahaan telah membentuk tim efisiensi untuk merumuskan kebijakan dan melakukan perbaikan.
Kendati pendapatan perusahaan menurun, dia memastikan perseroan tidak mengambil langkah untuk mengurangi karyawan dengan pemutusan hubungan kerja atau PHK. Arviyan juga menjamin perusahaan tidak memotong fasilitas pekerja.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS, ekspor produk pertambangan dan lainnya pada Agustus 2020 melorot 0,28 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya karena terpengaruh penurunan ekspor batu bara. Sedangkan secara year on year, ekspor produk tersebut mengalami penurunan cukup signifikan, yakni 22,45 persen.
Meski demikian, manajemen masih optimistis PTBA akan mencapai pertumbuhan positif pada akhir 2020. Direktur Niaga PTBA Adib Ubaidillah mengatakan indeks harga batu bara sudah mengalami sedikit kenaikan pada paruh kedua 2020 dibandingkan semester I lantaran dipicu oleh peningkatan permintaan dari Cina.
“Kami harapkan dari sisi permintaan terus ada kenaikan. Kami optimistis kinerja positif sampai akhir tahun positif,” ucapnya. Saat ini, Adib menyebut kompetitor pesaing Indonesia untuk eksportir batu bara ialah Rusia. Sedangkan kompetitor lainnya, yakni Australia, telah mengurangi produksinya.
Baca: Terimbas Pandemi, Laba Bersih Bukit Asam Semester I Turun Jadi Rp 1,3 T