Pertama penurunan harga minyak mentah Indonesia hingga ke posisi US$ 21 per barel pada April 2020, volume penjualan BBM yang turun 26 persen akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan nilai tukar rupiah yang mencapai titik terendah pada Maret 2020.
Meski semester pertama tekor, kinerja di awal semester kedua sudah membaik. Juli 2020, Pertamina bisa kembali mencetak laba bersih US$ 408 juta. Walau secara akumulasi, Pertamina masih rugi US$ 360 juta atau setara Rp 5,3 triliun.
Selain itu, meski semester pertama tekor, Direktur Utama Pertamina juga masih optimistis perusahaan akan membukukan keuntungan pada tahun 2020 ini. Sebab, konsumsi BBM di sejumlah daerah sudah mulai meningkat.
"Dengan tren positif ini kami yakin dapat meningkatkan kinerja di semester II 2020 ini, dan dapat membukukan keuntungan di tahun ini," ujar Nicke dalam pesan tertulis, Jumat, 28 Agustus 2020.
Untuk mengejar target di sisa tahun ini, dewan komisaris pun terus berkomunikasi dengan dewan direksi di tengah kondisi ini. Setiap pekan, kata Ahok, mereka rapat dan memberikan pengarahan. "Sekarang juga masih rapat online soal biaya produksi kilang," ujarnya.
Baca juga: Beredar Video Ahok Sebut Bakal Bubarkan Pertamina, Respons Ombudsman?
FAJAR PEBRIANTO