TEMPO.CO, Jakarta - PT Global Mediacom Tbk. optimistis dapat membalikkan keadaan mulai kuartal III 2020 setelah mencetak kinerja negatif di sepanjang paruh pertama 2020. Optimisme muncul setelah jumlah iklan mulai meningkat.
Direktur Global Mediacom David Fernando Audy kinerja perseroan di semester pertama tertekan akibat dampak dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dia menambahkan, PSBB membuat pendapatan mayoritas industri anjlok dan memaksa perusahaan-perusahaan untuk melakukan efisiensi pengeluaran, termasuk memangkas anggaran belanja iklan sehingga berdampak pada pemasukan anak usaha perseroan, PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN).
Baca Juga:
“Sebenarnya MNCN saat itu sedang bagus, karena orang di rumah, penonton naik. Tapi iklan turun, karena situasi tidak pasti jadi klien-klien ini takut dan akhirnya cut bujet iklan,” kata David saat public expose Global Mediacom via siaran langsung, Selasa, 11 Agustus 2020.
Meskipun demikian, pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama MNCN ini optimistis keadaan bisa berbalik. Apalagi saat ini PSBB mulai dilonggarkan dan aktivitas bisnis mulai kembali berjalan.
Menurutnya, meski situasi belum sepenuhnya kembali pada keadaan sebelum pandemi, tanda-tanda pemulihan sudah terlihat. Hal ini tercermin dari dari belanja iklan dari klien-klien MNCN yang mulai meningkat.
David mengatakan kondisi ini juga akan tertolong dengan adanya berbagai kebijakan dan stimulus dari pemerintah seperti program pemulihan ekonomi nasional (PEN), penurunan suku bunga, dan kucuran likuiditas kepada perbankan.
"Pemerintah mendukung ekonomi kita secara substansial dan anggaran stimulus juga kan mulai terealisasi. Jadi saya percaya kuartal ketiga mestinya lebih bagus. Enggak kelihatan apa yang bakal bikin jelek, saya sih enggak lihat,” ujarnya.
Berdasarkan laporan keuangan semester I 2020 yang ada di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia, BMTR membukukan pendapatan Rp 5,86 triliun, turun 7,84 persen dibandingkan pendapatan periode yang sama tahun lalu sebesar R p6,36 triliun.
Penurunan tersebut diakibatkan susutnya pendapatan iklan nondigital atau iklan konvensional yang menjadi kontributor utama perseroan. Pendapatan yang berasal dari MNCN ini turun 13,51 persen secara year on year menjadi Rp 3,20 triliun.
Begitu pula dengan pendapatan dari konten yang juga mengalami penurunan 10,34 persen dari Rp 912 miliar menjadi Rp 807 miliar. Namun di saat yang sama pendapatan iklan non digital tercatat naik 25,85 persen dari Rp 325 miliar menjadi Rp 409 miliar.
Di sisi lain, pendapatan dari segmen usaha tv berbayar dan broadband yang berasal dari IPTV meningkat 11,88 persen, menjadi Rp 1,73 triliun dari yang semula Rp 1,54 triliun. Pun, pos pendapatan lain-lain naik dari Rp 273 miliar menjadi Rp 681 miliar.
Sementara itu jumlah beban langsung yang ditanggung perseroan terpantau turun 11,31 persen secara year on year menjadi Rp 3,01 triliun. Namun, penurunan beban belum mampu menopang laba perseroan. Laba yang dapat diatribusikan pada entitas induk perseroan tercatat turun 7,71 persen menjadi Rp 597 miliar per akhir semester I 2020.
BISNIS