Meger menjelaskan, dengan jumlah pekerjaan yang sedikit lebih baik dari perkiraan, maka ekonomi perlahan mendapatkan kembali pijakannya. "Dan secara hipotetis, kami kemudian akan melihat kebutuhan yang lebih rendah untuk stimulus," katanya.
Seperti diketahui, dolar AS rebound dari posisi terendah dua tahun setelah data payrolls atau angka penggajian non-pertanian AS menunjukkan 1,763 juta orang dipekerjakan pada Juli.
Angka ini lebih baik dari perkiraan, meski lebih rendah dibandingkan rekor kenaikan 4,791 juta pada Juni, serta karena ketegangan terbaru Amerika Serikat-Cina. Selain itu, tingkat pengangguran juga turun menjadi 10,2 persen pada Juli dari penyesuaian 12 persen pada Juni 2020.
Harga emas juga tertekan lebih lanjut disebut-sebut karena imbas kebuntuan pembahasan rancangan undang-undang (RUU) bantuan baru Virus Corona atau stimulus ekonomi berikutnya di Kongres AS. "Begitu mereka menyetujui stimulus, itu akan menjadi bearish bagi dolar. Ekonomi global masih sangat goyah dan sebagai akibatnya kami akan mendapatkan lebih banyak uang murah, jadi semua itu adalah penarik bagi emas," kata Aanalis ED&F Man Capital Markets, Edward Meir.
Dari hitungannya, kata Meir, harga emas di akhir tahun ini masih akan berkisar di level US$ 2.200- 2.300. Sementara logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September turun 86 sen atau 3,03 persen menjadi ditutup pada US$ 27,54 per troy ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun US$ 43,5 atau 4,29 persen menjadi menetap pada US$ 970,4 per ounce.
ANTARA
Baca juga: Harga Emas Dunia Meroket, 6 Saham Emiten Pertambangan Ini Malah Jeblok