TEMPO.CO, Jakarta - Singapura dilaporkan tengah mengalami resesi ekonomi karena pertumbuhan ekonominya anjlok 41,2 persen pada kuartal II/ 2020 ini. Meski demikian, ternyata aliran investasi dari negeri Singa ke Indonesia ini tidak berkurang, tetap tinggi.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia pun menjelaskan penyebab moncernya aliran modal dari Singapura, meskipun di tengah tekanan ekonomi akibat Covid-19. "Apabila dikaitkan dengan investasi, Singapura itu hub untuk beberapa negara, jadi tidak terlalu berpengaruh," ujar dia dalam konferensi video, Rabu, 22 Juli 2020.
Di samping itu, Bahlil menambahkan, proyek dan investasi asal Singapura di Indonesia juga sudah berjalan. Sehingga, ia meyakini modal dari negeri Singa tidak bakal mandek, meskipun secara perekonomian, Singapura kini tengah masuk ke dalam kondisi resesi.
"Enggak mungkin investasi 20-30 persen mandek karena persoalan Singapura, saya yakin tetap jalan. Buktinya sudah minus tapi tetap baik realisasinya," ujar Bahlil Lahadalia.
Terkait imbas perekonomian akibat resesi ekonomi yang dialami Singapura, Bahlil mengatakan postur ekonomi Indonesia dan negara itu berbeda. Ekonomi Singapura selama ini ditunjang arus barang dan manusia, lantaran mengandalkan ekspor, impor dan pariwisata. Sementara Indonesia punya postur yang berbeda.