TEMPO.CO, Jakarta - Pemegang saham PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Dato Sri Tahir mengucurkan Rp 3,75 triliun untuk menambah modal bank. Dukungan modal tersebut berupa penempatan dana kembali yang nantinya dapat dikonversikan menjadi setoran modal senilai Rp 252,08 miliar.
Di luar itu, perseroan juga mendapat penempatan dana dari pemegang saham pengendali hasil transkasi penjualan 3 gedung yang dibeli oleh bank Mayapada sendiri dengan Rp 3,5 triliun.
Dari setoran dana tersebut, permodalan emiten dengan kode saham MAYA ini mengalami penguatan pada April 2020. "Peningkatan tersebut menunjukkan dukungan penuh dari pemegang saham pengendali terhadap permodalan bank," tutur Direktur Bank Mayapada Rudy Mulyono, Selasa, 12 Mei 2020.
Total modal perseroan tercatat meningkat dari Rp 12,7 trilliun per akhir tahun 2019 menjadi Rp 16,6 trilliun pada April 2020.
Rudy menambahkan penguatan modal tersebut juga tercermin dari peningkatan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perseroan menjadi 17,97 persen, jauh di atas ketentuan regulator yang ditetapkan sebesar 8 persen.
Dia menambahkan perseroan terus berupaya menjaga kualitas aset dengan bersikap hati-hati dan selektif dalam menyalurkan kredit, terutama pada masa pandemi Covid-19.
Aset perseroan per April 2020 tercatat sebesar Rp 92,48 triliun. Nilai tersebut meningkat 5,4 persen secara tahunan, jika dibandingkan April 2019 sebesar Rp 87,75 triliun.
"Di tengah kelesuan ekonomi karena terdampak pandemi virus corona, kami berhasil menjaga total aset stabil di posisi Rp92,5 trilliun. Bank Mayapada masih mencatatkan kinerja yang positif sejak awal 2020," katanya.
Di samping itu, katanya, rasio kredit bermasalah (non-performing loan ratio/NPL) bank juga masih terjaga dengan baik, yang mana per April 2020, rasio NPL (net) Bank Mayapada tercatat sebesar 2,48 persen.
Lebih lanjut, Rudy menyampaikan prioritas utama perseroan saat ini adalah meningkatkan likuiditas, dikarenakan ketatnya persaingan perebutan dana di pasar.
Strategi yang dilakukan Bank Mayapada adalah dengan meningkatkan produk-produk simpanan, seperti deposito dan dana murah, dengan menawarkan tingkat suku bunga yang menarik namun tetap memperhatikan kondisi pasar.
"Prioritas utama bank adalah meningkatkan likuiditas dengan strategi dan upaya yang baik, tentunya kami tetap harus perhatikan persaingan di pasar," katanya.