TEMPO.CO, Jakarta - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) telah menggelar rapat berkala untuk kedua kalinya pada 2020 ini. Dalam rapat pada 30 April 2020, KSSK menyimpulkan stabilitas sektor jasa keuangan masih dalam kondisi terjaga, meski sudah memasuki level waspada.
“Beberapa indikator intermediasi sektor jasa keuangan yang membukukan kinerja positif dan profil risiko industri jasa keuangan tetap terkendali,” kata anggota KSSK yang juga Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pada konferensi pers di Jakarta, Senin, 11 Mei 2020.
Dalam keterangannya, KSSK pun merinci sejumlah indikator hasil penilaian yang dilakukan. Pertama, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) mengalami penurunan, namun masih cukup tinggi. CAR pada Maret 2020 sebesar 21,72 persen, lebih rendah pada posisi Desember 2019 yang sebesar 23,31 persen.
Kedua, risiko kredit macet (Non Performing Loan/NPL) gross sedikit meningkat, namun masih terjaga. NPL pada Maret 2020 berada di posisi 2,77 persen, lebih tinggi dari Desember 2019: yang sebesar 2,53 persen.
Ketiga, Indikator kecukupan likuiditas juga menunjukkan kondisi yang cukup baik. Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) per 22 April 2020 mencapai 22,36 persen, lebih tinggi dari posisi Desember 2019 yang sebesar 20,86 persen. “Masih berada di atas threshold,” kata Wimboh.
Keempat, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan hingga Maret 2020 masih didukung ketahanan perbankan, likuiditas, dan stabilitas pasar uang. Kredit perbankan tumbuh sebesar 7,95 persen yoy. Lebih tinggi dari Desember 2019 yang sebesar 6,08 persen (yoy).
Kelima, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 9,54 persen yoy, lebih tinggi dari Desember 2019 yang sebesar 6,54 persen yoy. Akan tetapi, Piutang Perusahaan Pembiayaan sedikit termoderasi namun tumbuh sebesar 2,49 persen yoy, lebih tinggi dari Desember 2019 yang berada di angk 3,66 persen yoy.
Selain itu, volatilitas global sudah mulai mereda di bulan April 2020. Salah satunya karena perekonomian Cina mulai menunjukkan pemulihan seiring penurunan tingkat penyebaran Covid-19, setelah mengalami kontraksi cukup dalam pada triwulan I 2020.
Selain itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) Tiongkok sudah mulai meningkat di bulan Maret 2020 seiring dengan mulai dibukanya kembali berbagai aktivitas ekonomi. Sehingga, volatilitas global pun mulai menurun, dibarengi dengan kebijakan penanganan yang baik, membantu perbaikan kondisi pasar finansial domestik, dengan meredanya gejolak pasar finansial di akhir April.
Tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, serta yield obligasi selama bulan Maret 2020 mulai mereda di bulan April 2020. Per 30 April 2020, Rupiah menguat sebesar 10,21 persen dibandingkan 23 Maret 2020 didukung oleh global bonds issuance pemerintah sebesar US$ 4,3 miliar pada 7 April 2020 dan perbaikan sentimen global terhadap negara berkembang.
Meskipun volatilitas sektor keuangan mulai mereda, namun ketidakpastian masih cukup tinggi. Sebab, penyelesaian Covid-19 masih belum dapat dipastikan. Harga komoditas, terutama harga minyak mentah, pun masih bergejolak. Bahkan aktivitas ekonomi diproyeksikan masih terjadi akan memburuk.
FAJAR PEBRIANTO