TEMPO.CO, Jakarta - Harga saham PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) (Persero) Tbk melorot sebesar 11,8 persen selama pandemi virus corona berlangsung. Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah menyebutkan kondisi penurunan harga saham emiten berkode TLKM itu telah terjadi sejak awal tahun.
"Namun dibandingkan dengan saham perusahaan telekomunikasi yang lain, penurunan harga saham telekomunikasi masih bagus," ujar Ririek dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Selasa, 5 Mei 2020.
Berdasarkan data yang dipaparkan Ririek, penurunan harga saham perusahaan telekomunikasi se-Asia Pasifik paling dalam dialami oleh China Unocom. Harga saham perusahaan itu menurun hingga 31,74 persen. Kemudian, disusul Singtel dengan penurunan 16,91 persen; China Telcom 15,63 persen; dan Telestra 13,84 persen.
Adapun Telkom berada di posisi keenam dalam data tersebut. Sedangkan penurunan harga saham telekomunikasi terendah dialami Softbank sebesar 2,59 persen dan Chunghwa 0,45 persen.
Sementara itu, bila dibandingkan dengan indeks harga saham gabungan (IHSG), penurunan harga saham Telkom juga diklaim lebih baik. Ririek menjelaskan, di saat harga saham emitennya melorot 11,8 persen; posisi IHSG turun 25,1 persen.
Ririek mengimbuhkan, kendati harga saham perusahaan menurun, bullish atau kecenderungan harga untuk bergerak naik alias menguat dialami dalam dua pekan terakhir. "Potret kedua pekan terakhir TLKM telah menunjukkan kondisi bullish 12,54 persen, yaitu pada 15-30 April," tuturnya.
Kondisi ini juga seiring dengan kenaikan tren IHSG sebesar 1,95 persen. Di samping itu, sejak April 2020, kapitalisasi pasar Telkom naik satu peringkat di pasar Bursa Efek Indonesia menjadi nomor dua setelah BCA. "Kapitalisasi market TLKM 6,4 persen," tuturnya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA