TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat inflasi sepanjang April 2020 adalah sebesar 0,08 persen. Inflasi pada April lalu terjadi di 90 kota pemantauan.
"Dengan angka ini, inflasi tahun kalender Januari sampai April sebesar 0,84 persen. Lalu, inflasi tahunan sebesar 2,6 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Senin, 4 Mei 2020.
Suhariyanto mengungkapkan, pergerakan inflasi tersebut tidak biasa. "Sangat rendah, tidak biasa," ucapnya. Musababnya, pada tahun-tahun sebelumnya, ketika memasuki Ramadan, laju inflasi selalu meningkat. Menurut dia, perlambatan inflasi tahun ini terjadi karena adanya penyebaran wabah corona.
Adapun perlambatan inflasi diduga didorong oleh amannya pasokan pangan yang dijaminkan pemerintah. Namun, di sisi lain, rendahnya inflasi juga bisa didorong oleh melemahnya permintaan barang dan jasa akibat penurunan aktivitas sosial setelah beberapa wilayah menerapkan PSBB. Indikator lain, kata dia, lantaran melemahnya daya beli rumah tangga.
Inflasi sepanjang April 2020 didorong oleh delapan kelompok. Suhariyanto menerangkan, komoditas dominan yang memberikan kontribusi terhadap angka inflasi adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mencapai 1,20 persen. "Ini terjadi karena naiknya harga emas," ujarnya.
Kelompok lain yang menyumbangkan inflasi adalah kelompok makanan, minuman, tembakau. Andilnya kepada inflasi untuk kelompok tersebut sebesar 0,02 persen. Selanjutnya, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga seperti bawang merah juga menyumbangkan inflasi 0,08 persen. Lalu, gula pasir menyumbangkan inflasi 0,02 persen.
Kemudian, beberapa barang seperti minyak goreng, rokok putih, rokok kretek filter, beras juga berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,01 persen. Di sisi lain ada komoditas yang menyumbang deflasi. Misalnya cabai merah, transportasi, serta telekomunikasi dan jasa keuangan.
Dari 90 kota yang mengalami inflasi, BPS mencatat inflasi tertinggi tertinggi terjadi di Bau-bau, Sulawesi Tenggara yang mencapai 0,88 persen. Sedangkan 51 mengalami deflasi dengan angka deflasi tertinggi di Pangkalpinang, yakni 0,92 persen. "Penyebab deflasi di Pangkalpinang adalah penurunan tarif angkatan udara," tutur Suhariyanto.
Sementara itu, pada bulan sebelumnya, yakni Maret 2020, inflasi tercatat sebesar 0,10 persen. Kala itu, Suhariyanto menerangkan, angka ini cenderung stabil ketimbang inflasi bulan sebelumnya.
"Dengan begitu, inflasi tahun kalender tercatat 0,76 persen dan inflasi tahunan 2,96 persen. Inflasi bulan Maret ada di bawah tiga persen, jadi cukup terkendali," kata Suhariyanto pada awal April lalu.
Adapun inflasi Maret 2020 dipengaruhi oleh kelompok penyediaan barang pribadi dan jasa yang berkontribusi menyumbang inflasi sebesar 0,06 persen. Dalam kelompok ini, inflasi didominasi oleh kenaikan harga emas dan perhiasan dengan total 0,05 persen.
Sedangkan inflasi lainnya didorong oleh kelompok makanan,minuman, dan tembakau dengan kontribusi sebesar 0,03 persen. Komoditas dominan yang menyumbang inflasi di kelompok ini adalah harga telur ayam yang mengalami inflasi 0,03 persen, lalu juga kenaikan harga gula pasir.